BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Tenaga
kesehatan ini dalam pembangunannya bertujuan untuk memberikan layanan kesehatan
yang bermutu sebagai suatu layanan kesehatan yang dapat memenuhi kebutuhan yang
dirasakan dan diselenggarakan dengan cara yang baik, tepat waktu tanggap serta
mampu memberikan pelayanan kesehatan yang aman.
Di
dalam tenaga kesehatan memberikan pelayanan serta fasilitas-fasilitas yang ada
didalamnya seperti ketersediaan peralatan, prosedur kerja atau protokol layanan
pendukung lainnya yang semoga saja menjadi suatu yang efektif serta efisien
untuk menyelenggarakan layanan kesehatan yang bermutu tinggi.
Dalam
sistem tenaga kesehatan ini tidak luput merupakan tugas untuk bagaimana
membangun dengan indikator Mutu pelayanan Kebidanan maka.Kami membuat suatu
perencanaan di dalamnya penilaian Mutu Pelayanan Kebidanan Berdasarkan Daftar
Tilik, salah satunya kami menggunakan sistem PDCA (Plan, Do, Check, Action)
yaitu Rencanakan, Kerjakan, Cek, Tindak lanjuti.
1.2 Rumusan
Masalah
1.Bagaimana konsep dasar PDCA?
2
Bagaimana konsep dasar kemitraan bidan-dukun?
3.Bagaimana
penerapan program pembinaan dukun terlatih dengan pendekatan PDCA?
1.3 Tujuan
1.Diketahuinya Konsep Dasar PDCA.
2.Diketahuinya Konsep Dasar
Kemitraan Bidan-Dukun.
3Diketahuinya
Penerapan program pembinaan dukun terlatih dengan pendekatan PDCA.
BAB
2
PEMBAHASAN
2.1 Konsep
Dasar PDCA
Konsep siklus PDCA pertama kali
diperkenalkan oleh Walter Shewhart pada tahun 1930 yang disebut dengan
“Shewhart cycle“. PDCA, singkatan bahasa Inggris dari "Plan, Do, Check,
Act" ("Rencanakan, Kerjakan, Cek, Tindak lanjuti"), adalah suatu
proses pemecahan masalah empat langkah interatif yang umum digunakan dalam
pengendalian kualitas. Selanjutnya konsep ini dikembangkan oleh Dr. Walter
Edwards Deming yang kemudian dikenal dengan ” The Deming Wheel”(Tjitro, 2009)
Metode
ini dipopulerkan oleh W. Edwards Deming, yang sering dianggap sebagai bapak
pengendalian kualitas modern sehingga sering juga disebut dengan siklus Deming.
Deming sendiri selalu merujuk metode ini sebagai siklus Shewhart, dari nama
Walter A. Shewhart, yang sering dianggap sebagai bapak pengendalian kualitas
statistis. Siklus PDCA berguna sebagai pola kerja dalam perbaikan suatu proses
atau system sehingga mutu pelayanan kesehatan.
PDCA
merupakan rangkaian kegiatan yang terdiri dari perencanaan kerja, pelaksanaan
kerja, pengawasan kerja dan perbaikan kerja yang dilakukan terus menerus dan
berkesinambungan mutu pelayanan. Siklus PDCA digunakan dalam pelayanan
kesehatan untuk penyelesaian masalah dalam rangka peningkatan mutu pelayanan
kesehatan. Secara sederhana siklus PDCA dapat digambarkan sebagai berikut :
Siklus
PDCA terdiri dari empat tahapan,
yaitu:
1. Perencanaan ( Plan )
Tahapan
pertama adalah membuat suatu perencanaan. Perencanaan merupakan suatu upaya
menjabarkan cara penyelesaian masalah yang ditetapkan ke dalam unsur-unsur
rencana yang lengkap serta saling terkait dan terpadu sehingga dapat
dipakaisebagai pedoman dalam melaksanaan cara penyelesaian masalah. Hasil akhir
yang dicapai dari perencanaan adalah tersusunnya rencana kerja penyelesaian
masalah mutu yang akan diselenggarakan.
Rencana
kerja penyelesaian masalah mutu yang baik mengandung setidak-tidaknya tujuh
unsur rencana yaitu:
a
Judul rencana kerja (topic),
b
Pernyataan tentang macam dan besarnya masalah
mutu yang dihadapi (problem statement),
c
Rumusan tujuan umum dan tujuan khusus,
lengkap dengan target yang ingin dicapai (goal, objective, and target),
d
Kegiatan yang akan dilakukan (activities),
e
Organisasi dan susunan personalia pelaksana
(organization and personnels)
f
Biaya yang diperlukan (budget)
g
Tolak ukur keberhasilan yang dipergunakan
(milestone).
2.
Pelaksanaan ( Do )
Tahapan
kedua yang dilakukan ialah melaksanakan rencana yang telah
disusun. Pada tahap ini diperlukan suatu kerjasama dari para anggota
dan pimpinan manajerial. Untuk dapat mencapai kerjasama yang baik, diperlukan
keterampilan pokok manajerial, yaitu :
a
Keterampilan komunikasi (communication) untuk
menimbulkan pengertian staf terhadap cara pentelesaian mutu yang akan dilaksanakan
b
Keterampilan motivasi (motivation) untuk
mendorong staf bersedia menyelesaikan cara penyelesaian masalah mutu yang telah
direncanakan
c
Keterampilan kepemimpinan (leadershif) untuk
mengkordinasikan kegiatan cara penyelesaian masalah mutu yang dilaksanakan
d
Keterampilan pengarahan (directing) untuk
mengarahkan kegiatan yang dilaksanakan.
3.
Pemeriksaan ( Check )
Tahapan
ketiga yang dilakukan ialah secara berkala memeriksa kemajuan dan hasil yang
dicapai dan pelaksanaan rencana yang telah ditetapkan. Tujuan dari pemeriksaan
untuk mengetahui :
a
Sampai seberapa jauh pelaksanaan cara
penyelesaian masalahnya telah sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan
b
Bagian mana kegiatan yang berjalan baik dan
bagian mana yang belum berjalan dengan baik
c
Apakah sumberdaya yang dibutuhkan masih cukup
tersedia
d
Apakah cara penyelesaian masalah yang sedang
dilakukan memerlukan perbaikan
Untuk
dapat memeriksa pelaksanaan cara penyelesaian masalah, ada dua alat bantu yang
sering dipergunakan yakni:
a
Lembaran pemeriksaan (check list)
Lembar pemeriksaan adalah
suatu formulir yang digunakan untuk mencatat secara periodik setiap
penyimpangan yang terjadi. Langkah pembuatan lembar pemeriksan adalah:
·
Tetapkan jenis penyimpangan yang diamati
·
Tetapkan jangka waktu pengamatan
·
Lakukan perhitungan penyimpangan
b
Peta kontrol (control diagram)
Peta kontrol adalahsuatu
peta / grafik yang mengambarkan besarnya penyimpangan yang terjadi dalam kurun
waktu tertentu. Peta kontrok dibuat bedasarkan lembar pemeriksaan. Langkah-langkah
yang dilakukan dalam pembuatan peta kontrol adalah :
·
Tetapkan garis penyimpangan minimum dan
maksimum
·
Tentukan prosentase penyimpangan
·
Buat grafik penyimpangan
·
Nilai grafik
4. Perbaikan (Action)
Tahapan
keempat yang dilakukan adalah melaksanaan perbaikan rencana kerja. Lakukanlah
penyempurnaan rencana kerja atau bila perlu mempertimbangkan pemilihan dengan
cara penyelesaian masalah lain. Untuk selanjutnya rencana kerja yang telah
diperbaiki tersebut dilaksanakan kembali. Jangan lupa untuk memantau kemajuan
serta hasil yang dicapai. Untuk kemudian tergantung dari kemajuan serta hasil
tersebut, laksanakan tindakan yang sesuai.
Cara
melakukan penilaian mutu pelayanan kebidanan
1.
Lihat daftar tilik
daftar tilik adalah suatu
instrumen yang digunakan untuk mengukur sampai seberapa jauh pelayanan sesuai
atau tidak sesuai dengan standar yang ditetapkan. Berisi daftar kelengkapan
sarana, pra sarana, pengetahuan, kompetensi teknis, persepsi klien, dsb.
2.
Lihat sasaran penilaian
a
Observasi : mengamati pada saat pelayanan
Observasi: suatu
penyelidikan yg dijalankan secara sistematis & sengaja diadakan dgn
menggunakan alat indra terutama mata terhadap kejadian-kejadian yg langsung
(Bimo Walgito, 1987:54)
ü dilakukan
sesuai dgn tujuan yg telah dirumuskan lebih dulu.
ü direncanakan
secara sistematis.
ü hasilnya
dicatat & diolah sesuai dgn tujuannya.
ü dpt
diperiksa validitas, reliabilitas & ketelitiannya
ü bersifat
kwantitatif.
b
Wawancara : dengan diskusi, tanya jawab, cek
pemahaman
Kartono (1980: 171)
interview (wawancara) : suatu percakapan yg diarahkan pd suatu masalah ttt; ini
merupakan proses tanya jawab lisan, dimana 2 orang atau lebih berhadap-hadapan
secara fisik.
Dlm proses interview
terdapat 2 pihak dgn kedudukan yg berbeda. pertama berfungsi sebagai penanya,
disebut pula sebagai interviewer, lainnya berfungsi sebagai pemberi informasi
(Information supplyer), interviewer atau informan.
Interviewer mengajukan
pertanyaan-pertanyaan, meminta keterangan (penjelasan), sambil menilai
jawaban-jawabannya. Sekaligus ia mengadakan paraphrase (menyatakan kembali isi
jawaban interviewee dgn kata-kata lain), mengingat-ingat & mencatat
jawaban-jawaban. Disamping itu dia juga menggali keterangan-keterangan lebih
lanjut & berusaha melakukan “probing” (rangsangan, dorongan) .
c
Dokumen : sebuah tulisan yg memuat informasi.
Biasanya, dokumen ditulis di kertas & informasinya ditulis memakai tinta
baik memakai tangan atau memakai media elektronik. melihat kelengkapan dokumen
rekam medik, register, buku catatan.
2.2 Konsep
Dasar Kemitraan Bidan – Dukun
Kemitraan bidan dengan
dukun adalah suatu bentuk kerjasama bidan dengan dukun
yang saling menguntungkan dengan prinsip keterbukaaan, kesetaraan, dan
kepercayaan dalam upaya untuk menyelamatkan ibu dan bayi, dengan
menempatkan bidan sebagai penolong persalinan dan mengalih fungsikan dukun dari
penolong persalinan menjadi mitra dalam merawat ibu dan bayi pada
masa nifas, dengan berdasarkan kesepakatan yang telah dibuat antara bidan
dengan dukun, serta melibatkan seluruh unsur/elemen masyarakat yang ada.
Keberhasilan dari kegiatan
kemitraan Bidan – Dukun adalah ditandai dengan adanya kesepakatan antara Bidan
dan dukun dimana dukun akan selalu merujuk setiap ibu hamil dan bersalin yang
datang. serta akan membantu bidan dalam merawat ibu setelah bersalin dan
bayinya. Sementara Bidan sepakat untuk memberikan sebagian penghasilan dari
menolong persalinan yang dirujuk oleh dukun kepada dukun yang merujuk dengan
besar yang bervariasi. Kesepakatan tersebut dituangkan dalam peraturan tertulis
disaksikan oleh pempinan daerah setempat (Kepala Desa, Camat).
Menurut
Robert Davies, adalah suatu kerjasama formal antara individu-individu,
kelompok-kelompok atau organisasi untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Dalam
kerjasama tersebut ada kesepakatan tentang komitmen dan harapan masing- masing
tentang peninjauan kembali terhadap kesepakatan-kesepakatan yang telah dibuat,
dan saling berbagi, baik dalam resiko maupun keuntungan yang diperoleh. (Notoatmodjo,
2003:105). Dari batasan ini ada tiga kata kunci dalam kemitraan yakni: a)
kerjasama antara kelompok, organisasi, dan individu 2) bersama- sama mencapai
tujuan tertentu (sesuai kesepakatan) 3) saling menanggung resiko dan
keuntungan. Membangun sebuah kemitraan, harus didasarkan pada hal-hal berikut:
1) kesamaan perhatian (common interest) atau kepentingan 2) saling mempercayai
dan saling menghormati, 3) tujuan yang jelas dan terukur 4) kesediaan untuk
berkorban baik waktu, tenaga, maupun sumber daya lain.
2.3 Penerapan
pendekatan PDCA pada pelaksanaan pembinaan dukun terlatih
2.3.1 P (Planning/Rencana)
1.
Judul
Program Kemitraan
dukun-bayi (pembinaan dukun)
2.
Rumusan Pernyataan/ uraian masalah
AKI dan AKB di Indonesia
masih tinggi dibandingkan dengan negara ASEAN lainnya. Menurut data Survei
Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) 2007, AKI di Indonesia adalah 228 per
100.000 kelahiran hidup, AKB 34 per 1.000Menurut data Survei Demografi
Kesehatan Indonesia (SDKI), AKI di Indonesia masih tinggi jika dibandingkan dengan
negara ASEAN lainnya, yaitu sebesar 228 per 100.000 kelahiran hidup.
Di Kabupaten Permai
persalinan dukun sebesar 75% sampai 80% terutama di daerah pedesaan.
Pertolongan persalinan oleh dukun menimbulkan berbagai masalah dan penyebab
utama tingginya angka kematian dan kesakitan ibu dan perinatal. Keberhasilan
dari kegiatan kemitraan Bidan – Dukun adalah ditandai dengan adanya kesepakatan
antara Bidan dan dukun dimana dukun akan selalu merujuk setiap ibu hamil dan
bersalin yang datang. serta akan membantu bidan dalam merawat ibu setelah
bersalin dan bayinya. Sementara Bidan sepakat untuk memberikan sebagian
penghasilan dari menolong persalinan yang dirujuk oleh dukun kepada dukun yang
merujuk dengan besar yang bervariasi.
Tenaga
dukun bayi sejak dahulu kala sampai sekarang merupakan pemegang peranan penting
dalam pelayanan kebidanan. Dalam lingkungan dukun bayi merupakan tenaga
terpercaya dalam segala soal yang terkait dengan reproduksi wanita. Ia selalu
membantu pada masa kehamilan, mendampingi wanita saat bersalin, sampai
persalinan selesai dan mengurus ibu dan bayinya dalam masa nifas.
Dukun
bayi biasanya seorang wanita sudah berumur ± 40 tahun ke atas. Pekerjaan ini
turun temurun dalam keluarga atau karena ia merasa mendapat pangglan tugas ini.
Pengetahuan tentang fisiologis dan patologis dalam kehamilan, persalinan, serta
nifas sangat terbatas oleh karena itu apabila timbul komplikasi ia tidak mampu
untuk mengatasinya, bahkan tidak menyadari akibatnya, dukun tersebut menolong
hanya berdasarkan pengalaman dan kurang professional. Berbagai kasus sering
menimpa seoarang ibu atau bayinya seperti kecacatan bayi sampai pada kematian
ibu dan anak.
Dalam usaha meningkatkan pelayanan kebidanan dan
kesehatan anak maka tenaga kesehatan seperti bidan mengajak dukun untuk
melakukan pelatihan dengan harapan dapat meningkatkan kemampuan dalam menolong
persalinan, selain itu dapat juga mengenal tanda-tanda bahaya dalam kehamilan
dan persalinan dan segera minta pertolongan pada bidan. Dukun bayi yang ada
harus ditingkatkan kemampuannya, tetapi kita tidak dapat bekerjasama dengan
dukun bayi dalam mengurangi angka kematian dan angka kesakitan
Program Kemitraan Bidan
Dukun merupakan salah satu program untuk meningkatkan cakupan pertolongan
persalinan oleh tenaga kesehatan. Kemitraan Bidan dan Dukun adalah suatu bentuk
kerjasama antara bidan dan dukun yang saling menguntungkan dengan prinsip
keterbukaan, kesetaraan dan kepercayaan dalam upaya untuk menyelamatkan ibu dan
bayi, dengan menempatkan bidan sebagai penolong persalinan dan
mengalihfungsikan dukun dari penolong persalinan menjadi mitra dalam merawat
ibu dan bayi pada masa nifas, dengan berdasarkan kesepakatan yang telah dibuat
antara bidan dan dukun serta melibatkan seluruh elemen masyarakat yang ada.
Mengingat peran dukun di masyarakat sangat penting dan cukup dipercaya oleh masyarakat, maka perlu dijalin kerjasama yang baik antara dukun dengan tenaga kesehatan, khususnya bidan desa sehingga dapat membantu kelancaran tugas seharihari dari bidan dan sekaligus membantu untuk merencanakan tugas-tugas lainnya yang menjadi tanggung jawab bidan.
Upaya meminimalisasi dan menurunkan tingkat kematian ibu hamil, bayi dan balita maka semua persalinan ditangani oleh dukun bayi harus beralih ditangani oleh bidan. Kecuali hal-hal yang berhubungan dengan adat dan kebiasaan setempat dengan menjalin hubungan antara dukun dan bidan, tetapi kemitraan yang berjalan sekarang ini masih dalam dukun dan bidan, tetapi kemitraan yang berjalan sekarang ii masih dalam batas pemaknaan transfer ilmu pengetahuan, masih dalam bentuk pembinaan cara-cara persalinan yang higienis kepada dukun bayi.
Berarti belum ada dalam bentuk kesepakatan uraian tugas dan fungsi masing-masing, juga belum mengarah pada aih peran pertolongan persalinan secara optimal.
Mengingat peran dukun di masyarakat sangat penting dan cukup dipercaya oleh masyarakat, maka perlu dijalin kerjasama yang baik antara dukun dengan tenaga kesehatan, khususnya bidan desa sehingga dapat membantu kelancaran tugas seharihari dari bidan dan sekaligus membantu untuk merencanakan tugas-tugas lainnya yang menjadi tanggung jawab bidan.
Upaya meminimalisasi dan menurunkan tingkat kematian ibu hamil, bayi dan balita maka semua persalinan ditangani oleh dukun bayi harus beralih ditangani oleh bidan. Kecuali hal-hal yang berhubungan dengan adat dan kebiasaan setempat dengan menjalin hubungan antara dukun dan bidan, tetapi kemitraan yang berjalan sekarang ini masih dalam dukun dan bidan, tetapi kemitraan yang berjalan sekarang ii masih dalam batas pemaknaan transfer ilmu pengetahuan, masih dalam bentuk pembinaan cara-cara persalinan yang higienis kepada dukun bayi.
Berarti belum ada dalam bentuk kesepakatan uraian tugas dan fungsi masing-masing, juga belum mengarah pada aih peran pertolongan persalinan secara optimal.
Puskesmas Harapan Raya Kec.
Darmo Kab. permai merupakan Puskesmas yang terletak di dataran tinggi kabupaten
Permai dimana Jumlah persalinan diwilayah Kerja Puskesmas Sapaya pada tahun
2011 yaitu sebanyak 332 persalinan, dimana Persalinan yang ditolong oleh Bidan
sebanyak 70% dan dukun sebanyak 30% persalinan.
3.
Rumusan Tujuan
Tujuan supervisi /
bimbingan dukun bayi :
a
Menjaga,
menpertahankan, meningkatkan ketrampilan dukun bayi
b
Menjaga,
mempertahankan dan meningkatkan cakupan hasil kegiatan dukun dalam merawat bumil,
bulin dan bufas
c
Sebagai
kesempatan pemasukan bahan habis pakai
d
Sebagai
bahan asupan dalam penyusunan laporan kegiatan petugas puskesmas.
Untuk
meningkatkan status dukun, maka di lakukan upaya pelatihan dan pembinaan dukun
dengan tujuan :
a
Agar mereka memiliki pengetahuan dan ide baru
yang dapat di sampaikan dan diterima oleh anggota masyarakat.
b
Memperbesar peran dukun bayi dalam program KB
dan pendidikan kesehatan di berbagai aspek kesehatan reproduksi dan kesehatan
anak.
c
Untuk memperbaiki kegiatan – kegiatan yang
sebenarnya sudah dilakukan oleh dukun, seperti memberikan, saran tentang
kehamilan, melakukan persalinan bersih dan aman, serta mengatasi masalah yang
mungkin muncul pada saat persalinan, sehingga angka kematian ibu dan bayi dapat
dikurangi atau di cegah sedini mungkin.
(Rita
Yulifah, Tri Johan Agus Y. 2009 :133)
ü Kelebihan
dan Kekurangan persalinan yang ditolong oleh dukun antara lain:
1. Kelebihan
·
Dukun merawat ibu dan bayinya sampai tali
pusatnya putus
·
Kontak ibu dan bayi lebih awal dan lama
·
Persalinan dilakukan di rumah
·
Biaya murah dan tidak ditentukan.
2.
Kekurangan
·
Dukun belum mengerti teknik septik dan
anti-septik dalam menolong persalinan.
·
Dukun tidak mengenal keadaan patologis dan
kehamilan, persainan, nifas dan bayi baru lahir.
·
Pengetahuan dukun rendah sehingga sukar
ditatar dan di ikutsertakan dalam program pemerintah.
3.
Uraian Kegiatan
·
Melakukan pendekatan dengan para tokoh
masyarakat setempat.
·
Melakukan pendekatan dengan para dukun.
·
Memberikan pengetahuan kepada para dukun
tentang pentingnya persalinan yang bersih dan aman.
·
Memberi pengetahuan kepada para dukun tentang
komplikasi – komplikasi kehamilan dan bahaya proses persalinan.
·
Membina kemitraan denga dukun dengan memegang
asas saling menguntungkan.
·
Menganjurkan dan mengajak dukun merujuk kasus
– kasus risiko tinggi kehamilan kepada tenaga kesehatan.
Pembinaan
dukun di lakukan dengan memperhatikan kondisi, adat, dan peraturan dari masing
– masing daerah atau dukun berasal, karena tidaklah mudah mengajak seorang
dukun untuk mengikuti pembinaan. Beberapa langkah yang dapat di lakukan bidan
dalam pembinaan dukun adalah sebagai berikut :
1. Meminta bantuan pamong desa
untuk memotivasi dukun bayi agar bersedia mengikuti pelatihan – pelatihan dukun
yang di selenggarakan.
2. Mengajak dukun bayi
yang sudah di latih untuk ikut serta memberikan penyuluhan dan membantu
melakukan deteksi dini ibu risiko tinggi di posyandu maupun pada kegiatan –
kegiatan yang ada di masyarakat.
4.
Metode/Kriteria Penilaian
Metode penyuluhan yaitu
·
Ceramah
·
tanya
jawab
·
praktek
dengan alat peraga.
Materi Pembinaan
Dukun
1. Promosi Bidan Siaga
2. Pengenalan Tanda Bahaya Kehamilan,
Persalinan, Nifas dan Rujukan
Berikut adalah materi – materi dalam pelaksanaan
pembinaan dukun :
a. Pengenalan golongan risiko tinggi
b. Pengenalan tanda – tanda bahaya pada kehamilan
c. Pengenalan tanda – tanda bahaya pada persalinan
d. Pengenalan tanda – tanda kelainan pada nifas
3. Pengenalan Dini Tetanus Neonatorum, BBLR, dan
Rujukan
a. Tetanus Neonatorum
b. Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR)
c. Penyuluhan Gizi dan KB
d. Pencatatan Kelahiran dan Kematian Ibu dan Bayi
5.
Waktu
a
Tempat
pelasanaan pembinaan dukun bayi
ü Perkumpulan dukun bayi dilaksankan di puskesmas.
ü Penyuluhan dilaksanakan di Balai Desa
b
Waktu
pelaksanaan pembinaan dukun bayi
ü Saat kunjungan supervisi petugas puskesmas di posyandu di
desa tempat tinggal dukun.
ü Pertemuan rutin yang telah disepakat
ü Waktu-waktu lain saat petugas bertemu dengan dukun bayi
ü Saat mendampingi dukun bayi waktu menolong persalinan
6.
Pelaksana
- Dokter
- Bidan
- Perawat kesehatan
- Petugas imunisasi
- Petugas gizi
- Bidan
- Perawat kesehatan
- Petugas imunisasi
- Petugas gizi
Peserta
: 15 orang dukun beranak
7.
Biaya
·
Narasumber @200.000
·
Konsumsi @15.000
·
Sarana dan prasarana @500.000
·
Lain-lain @150.000
2.3.2 D
(Do/Pelaksanaan)
1. Melakukan
pendekatan dengan para tokoh masyarakat setempat.
Pembinaan
dukun di lakukan dengan memperhatikan kondisi, adat, dan peraturan dari masing
– masing daerah atau dukun berasal, karena tidaklah mudah mengajak seorang
dukun untuk mengikuti pembinaan. Beberapa langkah yang dapat di lakukan bidan
dalam pembinaan dukun adalah sebagai berikut :
a. Meminta
bantuan pamong desa untuk memotivasi dukun bayi agar bersedia mengikuti
pelatihan – pelatihan dukun yang di selenggarakan.
b. Mengajak
dukun bayi yang sudah di latih untuk ikut serta memberikan penyuluhan dan
membantu melakukan deteksi dini ibu risiko tinggi di posyandu maupun pada
kegiatan – kegiatan yang ada di masyarakat.
c. Melakukan
pendekatan dengan para dukun.
d. Memberikan
pengetahuan kepada para dukun tentang pentingnya persalinan yang bersih dan
aman.
e. Memberi
pengetahuan kepada para dukun tentang komplikasi – komplikasi kehamilan dan
bahaya proses persalinan.
2.
Pengenalan Tanda
Bahaya Kehamilan, Persalinan, Nifas dan Rujukan
Berikut adalah materi –
materi dalam pelaksanaan pembinaan dukun :
a
Pengenalan
golongan risiko tinggi
Ibu
yang termasuk dalam golongan risiko tinggi adalah :
ü Umur
terlalu muda (kurang dari 16 tahun) atau terlalu tua (lebih dari 35 tahun)
ü Tinggi
badan kurang dari 145 cm
ü Jarak
antar kehamilan terlalu dekat (kurang dari 2 tahun) atau terlalu lama (lebih
dari 10 tahun)
ü Hamil
dengan anemia
ü Ibu
dengan riwayat persalinan buruk (perdarahan, operasi, dll)
b. Pengenalan tanda – tanda bahaya pada
kehamilan
Tanda bahaya pada kehamilan meliputi :
ü Perdarahan
pada kehamilan sebelum waktunya
ü Ibu
demam tinggi
ü Bengkak
pada kaki, tangan, dan wajah
ü Sakit
kepala atau kejang
ü Keluar
air ketuban sebelum waktunya
ü Frekuensi
gerakan bayi berkurang atau bayi tidak bergerak
ü Ibu
muntah terus dan tidak mau makan
c
Pengenalan tanda –
tanda bahaya pada persalinan
Tanda
bahaya pada persalinan yaitu :
ü Bayi
tidak lahir dalam 12 jam sejak ibu merasakan mulas
ü Tali
pusat atau tangan bayi keluar dari jalan lahir
ü Ibu
tidak kuat mengejan atau mengalami kejang
ü Air
ketuban keruh dan berbau
ü Plasenta
tidak keluar setelah bayi lahir
ü Ibu
gelisah atau mengalami kesakitan yang hebat
d. Pengenalan tanda – tanda kelainan pada nifas
Tanda kelainan pada nifas meliputi :
ü Perdarahan
melalui jalan lahir
ü Keluarnya
cairan barbau dari jalan lahir
ü Demam
lebih dari dua hari
ü Bengkak
pada muka, kaki, dan tangan
ü Sakit
kepala dan kejang – kejang
ü Payudara
bengkak disertai rasa sakit
ü Ibu
mengalami gangguan jiwa
(Rita Yulifah, Tri Johan
Agus Y. 2009 : 134)
3.
Pengenalan Dini
Tetanus Neonatorum, BBLR, dan Rujukan
a
Tetanus Neonatorum
Tetanus
Neonatorum adalah salah satu penyakit yang paling berisiko terhadap kematian
bayi baru lahir yang di sebabkan oleh Clostridium tetani. Tetanus
neonatorum menyerang bayi usia di bawah satu bulan, penyakit ini sangat menular
dan menyebabkan risiko kematian. Kebanyakan terjadi karena penggunaan alat
pemotong tali pusat yang tidak steril.
Dengan
di berikan pembekalan materi tetanus neonatorum di harapkan dukun dapat
memperhatikan kebersihan alat persalinan, memotivasi ibu untuk melakukan
imunisasi, dan melakukan persalinan pada tenaga kesehatan, sehingga dapat
menekan angka kejadian tetanus neonatorum.
b
Bayi Berat Lahir
Rendah (BBLR)
BBLR
adalah bayi lahir dengan berat badan kurang dari 2,5 Kg, di sertai dengan tanda
– tanda kulit keriput, pergerakan lemah, dan sianosis. Dukun di harapkan
dapat segera melakukan rujukan ke Puskesmas atau tenaga kesehatan apabila
menemukan tanda – tanda bayi dengan berat badan lahir rendah, karena bayi
dengan berat badan lahir rendah memerlukan perawatan khusus.
c
Penyuluhan Gizi
dan KB
Dukun
sebagai orang terdekat dengan ibu hamil di masyarakat berkontribusi terhadap
suksesnya pelaksanaan program KB dan menjaga kesehatan ibu hamil, bersalin, dan
nifas dengan makanan bergizi. Melalui penyuluhan gizi dan KB yang di lakukan
oleh tenaga kesehatan kepada dukun, di harapkan dukun dapat menindaklanjuti
dengan menyebarkan kepada masyarakat.
d. Pencatatan Kelahiran dan Kematian Ibu dan Bayi
Materi
lain yang penting dalam pembinaan dukun adalah pencatatan kelahiran dan
kematian. Pemberian materi pencatatan kelahiran dan kematian di tujukan untuk
mempermudah dalam pendataan jumlah kelahiran dan kematian di suatu wilayah atau
desa, serta bermanfaat dalam pelaksanaan proses audit apabila ada kematian baik
ibu maupun bayi.
4.
Membina kemitraan denga dukun dengan memegang
asas saling menguntungkan.
Setiap dukun bayi yang membawa ibu bersalin ke bidan akan
diberikan uang cuma-cuma sebesar Rp100 ribu melalui program Jampersal.
5. Menganjurkan
dan mengajak dukun merujuk kasus – kasus risiko tinggi kehamilan kepada tenaga
kesehatan.
2.3.3 C
(Check/Pemeriksaan)
Lembar pemeriksaan adalah
suatu formulir yang digunakan untuk mencatat secara periodik setiap
penyimpangan yang terjadi. Langkah pembuatan lembar pemeriksan adalah:
·
Menetapkan jenis penyimpangan yang diamati
·
Menetapkan jangka waktu pengamatan
·
Melakukan perhitungan penyimpangan
Mendata
jumlah Dukun yang Hadir dalam pembinaan dukun beranak melalui absensi yang
telah disediakan. Jumlah peserta sebnayak 15 orang dukun beranak.
Berdasarkan
data yang diperoleh sebagai berikut:
a.
Tabel
Bulan
|
Agustus
2013
|
September
2013
|
||||||
Minggu
|
I
|
II
|
III
|
IV
|
I
|
II
|
III
|
IV
|
Jumlah
Peserta hadir
|
15
|
14
|
12
|
10
|
10
|
8
|
7
|
5
|
Jumlah
Peserta Tidak hadir
|
0
|
1
|
3
|
5
|
5
|
7
|
8
|
10
|
b.
Grafik
2.3.4 A
(Action / Perbaikan )
Diketahuinya Hambatan dalam pelaksanaan Pembinaan dukun beranak.
a
Sebelum
Pelaksanaan ( Pre)
1. Sikap Dukun yang Kurang Kooperatif
Faktor yang menyebabkan sikap dukun tidak kooperatif
adalah adanya perasaan malu apabila di latih oleh bidan, dukun merasa tersaingi
oleh bidan, dan dukun terlalu idealis dengan cara pertolongan persalinan yang
di lakukan.
Solusi :
Informasikan dan tekankan kepada dukun bahwa pembinaan
yang di lakukan bukan untuk melakukan perubahan metode atau kebiasaan yang di
lakukan oleh dukun dalam melakukan pertolongan persalinan atau untuk bersaing.
Akan tetapi, pembinaan yang di lakukan bertujuan untuk memberikan suatu
pemahaman baru dalam pelayanan kebidanan. Bidan harus mengajak dukun untuk
bekerja sama dengan cara memberikan imbalan sebagai ucapan terima kasih.
Libatkan dukun dalam perawatan bayi baru lahir, misalnya memandikan bayi.
2. Kultur yang Kuat
Sosial budaya mengenai dukun yang merupakan hambatan
dalam upaya pembinaan dukun adalah sebagai berikut :
a. Dukun
bayi biasanya adalah orang yang di kenal masyarakat setempat.
b. Kepercayaan
masyarakat terhadap dukun di peroleh secara turun temurun.
c. Dukun
bayi masih memiliki peranan penting bagi perempuan di pedesaan.
d. Biaya
pertolongan persalinan dukun jauh lebih murah daripada tenaga kesehatan.
e. Pelayanan
dukun di lakukan sampai ibu selesai masa nifas.
f. Masyarakat
masih terbiasa dengan cara – cara tradisional.
Solusi :
Lakukan berbagai metode pendekatan dengan tokoh – tokoh
masyarakat, misalnya pamong desa, para petua – petua desa, tokoh agama yang
sangat berpengaruh pada pola pikir masyarakat dengan memberikan penjelasan
pentingnya pembinaan dukun, sehingga tokoh – tokoh masyarakat dapat melakukan
advokasi kepada masyarakat, dan dapat memperbaiki kebudayaan yang melekat pada
diri masyarakat yang dapat merugikan kesehatan terutama kesehatan ibu dan bayi.
3. Sosial Ekonomi
Masyarakat dengan sosial ekonomi rendah atau miskin dengan
pendidikan yang rendah cenderung mencari pertolongan persalinan pada dukun.
Masyarakat yang demikian beranggapan bahwa dukun adalah seorang pahlawan,
karena melahirkan di dukun lebih murah, dukun bersedia di bayar dengan barang,
dan pembayarannya dapat di angsur.
Solusi :
Sosialisasikan atau apabila di butuhkan musyawarahkan
dengan masyarakat tentang biaya persalinan di tenaga kesehatan (bidan). Bidan
harus dapat bekerja sama dengan masyarakat mengenai persalinan, berdayakan
masyarakat dalam upaya meningkatkan kesehatan ibu dan bayi dengan pertolongan
persalinan di tenaga kesehatan. Bidan dapat bekerja sama dengan masyarakat
untuk melakukan pemetaan ibu hamil, membentuk tabungan ibu bersalin (Tabulin),
donor darah berjalan, dan ambulans desa.
4. Tingkat pendidikan
Kebanyakan di masyarakat, dukun adalah orang tua yang
harus di hormati dan mempunyai latar belakang pendidikan rendah. Oleh karena
dukun memliki latar belakang pendidikan rendah, sehingga tidak jarang dukun
sulit untuk menerima pemahaman dan pengetahuan baru.
Solusi :
Bidan harus memiliki ketrampilan komunikasi interpersonal
dan memahami tradisi setempat untuk melakukan pendekatan dan pembinaan ke dukun
– dukun. Lakukan pendekatan sesuai dengan tingkat pendidikan dukun, sehingga
mereka dapat memahami dan menerima pengetahuan serta pemahaman baru khususnya
mengenai kahamilan, persalinan, nifas, dan bayi baru lahir.
b Evaluasi setelah tindakan ( post)
Identifikasi masalah
Proses identifikasi masalah
dilakukan dengan cara :
- Wawancara dengan unit masayarakat
- Wawancara dan observasi dengan dukun bayi
Beberapa masalah yang berhasil
diidentifikasi dari bagian Kesling di Puskesmas Harapan Raya, yaitu :
Tabel 3.1 Masalah yang
ditemukan pada kegiatan peningkatan Pembinaan dukun bayi di desa permai
No
|
Aspek
yang dinilai
|
Masalah
|
Evidance
base
|
Metode Identifikasi
Masalah |
Program pembinaan dukun beranak oleh
tenaga kesehatan
|
Pelaksanaan tidak mencakup kepada kader
unit masyarakat yang berperan dalam memotivasi dukun
|
Pemeriksaan hanya pada lingkup
desa saja
|
Wawancara dan data sekunder
|
|
2
|
Tidak tersosialisasinya prosedur Penyuluhan
yang efektif dan efisien
|
Tidak tersosialisasinya/ kurangnya
penyuluhan tentang kesehatan (persalinan yang aman) secara efektif dan
efisien
|
Kurangnya penyuluhan tentang kesehatan
(Persalinan yang aman) secara efektif dan efisien
|
wawancara
|
3
|
Pengetahuan dukun tentang
pentingnya persalinan yang aman dan sesuai standar
|
Kurangnya pengetahuan untuk
melakukan tindakan persalinan yang aman dan sesuai standar
|
Tidak mendapatkan informasi yang
aktual dari petugas kesehatan dan media informasi
|
wawancara
|
Dari masalah-masalah yang tersebut
diplih prioritas masalah yang ditentukan berdasarkan kriteria sebagai beikut :
1. Urgensi
·
Nilai
1 tidak penting
·
Nilai
2 penting
·
Nilai
3 sangat penting
2. Solusi
·
Nilai
1 tidak mudah
·
Nilai
2 mudah
·
Nilai
3 sangat mudah
3. Kemampuan merubah
·
Nilai
1 tidak mudah
·
Nilai
2 mudah
·
Nilai
3 sangat mudah
4. Biaya
·
Nilai
1 tinggi
·
Nilai
2 sedang
·
Nilai
3 rendah
Penentuan prioritas masalah
Penetuan prioritas masalah dibuat
kedalam tabel penentuan prioritas masalah sebagai berikut :
Tabel 3.2 Penentuan prioritas
masalah pada Pelaksanaan pembinaan dukun bayi.
Kriteria
Masalah
|
Urgensi
|
Solusi
|
Kemampuan
untuk merubah
|
Biaya
|
Total
|
Rank
|
Program
Pembinaan dukun oleh tenaga kesehatan
|
2
|
2
|
3
|
2
|
24
|
I
|
Tidak
tersosialisasinya prosedur pembinaan dukun
|
2
|
1
|
2
|
2
|
8
|
II
|
Pengetahuan
dukun mengenai persalinan yang aman dan sesuai standar
|
3
|
1
|
1
|
2
|
6
|
III
|
ü Dari ketiga masalah tersebut,
didapatkan 1 prioritas masalah yang ditentukan berdasarkan pembobotan nilai
dengan seleksi yang terdiri dari dua unsur yaitu kriteria masalah dan skor.
ü Berdasarkan tabel penentuan prioritas
masalah dapat disimpulkan bahwa yang menjadi priorotas masalah dan selanjutnya
akan dicari altenatif pemecahan masalah yaitu kurangnya pembinaan dukun oleh
tenaga kesehatan.
Identifikasi penyebab masalah
Berdasarkan tabel penentuan
prioritas masalah di atas, di dapatkan prioritas masalah utama pada kegiatan
ini adalah upaya peningkatan pembinaan dukun bayi di Desa Permai. Beberapa hal
yang menjadi penyebab masalah tersebut antara lain terlihat dari bebrbagai
aspek dibawah ini :
Tabel 3.3 Identifikasi Penyebab
Masalah
No
|
Masalah
|
Penyebab
Timbulnya Masalah
|
Evidence
Base
|
1
|
Pembinaan dukun bayi oleh tenaga
kesehatan
|
ü Manusia
Kurangnya dukun yang ikut serta
dalam pembinaan.
Kurangnya kesadaran dukun akan
pentingnya persalinan yang aman bagi ibu dan bayi tanpa komplikasi yang
menyertai.
ü Metode
Kurangnya promosi atau penyuluhan terhadap dukun bayi Tidak adanya program pembinaan terhadap dukun bayi Kurangnya kerjasama lintas sektoral dengan kader dan tokoh masyarakat untuk melibatkan dukun dalam pebinaan dukun terlatih.
ü Dana
Kurangnya dana yang di alokasikan khusus terhadap kegiatan pembinaan dukun terlatih.
ü Material
Tidak adanya data yang akurat mengenai jumlah persalinan yang di tolong oleh dukun |
ü Berdasarkan wawancara, petugas
Kesehatan dilapangan ada sekitar 5 orang Berdasarkan wawancara, karena
keterbatasan petugas dan luasnya wilayah kerja.
ü Berdasarkan wawancara-
pemeriksaan hanya kepada dukun yang aktif
melayani persalinan.
ü Berdasarkan wawancara, belum
adanya koordinasi dengan pihak terkait
Berdasarkan wawancara, tidak adanya dana khusus
ü Berdasarkan wawancara, belum
dilakukannya pendataan
|
Alternatif Pemecahan Masalah
Setelah dilkukan analisis penyebab
masalah maka langkah selanjutnya yaitu pencarian mencari alternative pemecahan masalah
dan memberikan solusi yang terbaik. Solusi yang diberikan diharapkan dapat
menurunkan angka kesakitan dan kematian ibu dan bayi melalui peningkatan
kegiatan pembinaan terhadap dukun bayi yang belum terlatih dilakukan oleh
bidang kebidanan Puskesmas Harapan Raya. Adapun solusi tersebut antara lain :
Table 3.4 Alternatif Pemecahan
Masalah
No
|
Penyebab Masalah
|
Altenatif Pemecahan Masalah
|
Tujuan
|
Sasaran
|
Tempat
|
Pelaksana Kegiatan
|
Waktu
|
Kriteria Keberhasilan
|
1
|
Kurangnya
dukun yang ikut serta
|
Optimalisasi
petugas kesehatan dengan
SDM
yang ada dalam
melaksanakan
pembinaan dukun
seperti
instansi
wewenang,penyedia
fasilitas,kader,tokoh masyarakat,tokoh agama dll.
|
Pembinaan
dukun dapat
opimal
|
Dukun
bayi yang masih aktif
memberikan
pelayanan persalinan.
|
balai
kelurahan
|
Petugas
kesehatan (Bidan)
|
Minggujam
09.00WIB
|
Peningkatan
kehadiran dukun untuk mengikuti pembinaan dukun terlatih
|
No
|
Penyebab
Masalah
|
Altenatif Pemecahan Masalah
|
Tujuan
|
Sasaran
|
Tempat
|
Pelaksana
Kegiatan
|
Waktu
|
Kriteria
Keberhasilan
|
2
|
Kurangnya
kesadaran dukun mengenai persalinan yang aman
|
Memberikan
penyuluhan tentang persalinan yang aman sesuai standard dan prosedur
|
Angka
toleransi kesakitan dan Kematian ibu dan bayi
menurun
|
Dukun
bayi yang masih aktif
memberikan
pelayanan persalinan
|
Balai
kelurahan
|
Petugas
Kesehatan
|
Minggu
jam 09.00 wib
|
Dukun
dapat mengakses informasi yang lebih berkualitas
|
3
|
Kurangnya
penyuluhan kesehatan pada unit masyarakat
|
Membuat
jadwal yang efektif untuk kegiatan promosi di lingkungan masyarakat. Kegiatan
penyuluhan dilakukan oleh petugas
kesehatan
dan
asosiasi
bersama kader di masyarakat terhadap pentingnya pendidikan kesehatan
|
Terlaksana
kegiatan promkes hingga ke unit terkecil masyarakat.
|
Unit
terkecil
masyarakat
|
Balai
kelurahan
|
Petugas
Kesehatan
|
Dukun
dan masyarakat mendapatkan informasi terbaru tentang pentingnya kesehatan
khususnya pada persalianan yang aman.
|
|
No
|
Penyebab
Masalah
|
Altenatif Pemecahan Masalah
|
Tujuan
|
Sasaran
|
Tempat
|
Pelaksana
Kegiatan
|
Waktu
|
Kriteria
Keberhasilan
|
5
|
Tidak
adanya program pembinaan terhadap dukun bayi
|
Membuat
jadwal dan pelaksanaan pembinaan dukun terlatih.
|
dukun
memiliki pengetahuan tentang cara menolong
persalinan yang aman
|
Dukun
bayi yang masih aktif memberikan pelayanan persalinan
|
Balai
kelurahan
|
Petugas
Kesehatan
|
Minggu
Jam
09.00 WIB
|
Dukun
secara berkala mendapatkan informasi terbaru dalam pertolongan persalinan
yang aman
|
No
|
Penyebab
Masalah
|
Altenatif Pemecahan Masalah
|
Tujuan
|
Sasaran
|
Tempat
|
Pelaksana
Kegiatan
|
Waktu
|
Kriteria
Keberhasilan
|
6
|
Kurangnya
kerjasama lintas sektoral
|
Koordinasi
dengan pihak kelurahan dan tokoh masyarakat untuk kerjasama dalam pelaksanaan
pembinaan dukun terlatih
|
Terciptanya
koordinasi dengan pihak terkait dalam usaha pembinaan dukun terlatih
|
Perangkat
kelurahan,kader,tokoh agama,tokoh masyarakat, dll.
|
Lingkungan
masyarakat
|
Kepala
kelurahan dan perangkatmya,kader,tokoh agama,tokoh masyarakat
|
Minggu
Jam
09.00 WIB
|
Dapat
diawasinya pembinaan dukun bayi
|
7
|
Kurangnya
dana yang di alokasikan
|
Optimalisasi
dana yang tersedia, dengan mengajukan dana tambahan operasional ke pihak
pemerintahan
|
Pencapaian
target program
|
Dinas
Keseha-tan Kota
|
Petugas
kesehatan
|
Kepala
Puskes-mas
|
Terlaksananya
program pengawasan terhadap pembinaan dukun bayi
|
|
No
|
Penyebab
Masalah
|
Altenatif Pemecahan Masalah
|
Tujuan
|
Sasaran
|
Tempat
|
Pelaksana
Kegiatan
|
Waktu
|
Kriteria
Keberhasilan
|
8
|
Tidak
adanya data yang akurat mengenai jumlah persebaran dukun bayi
|
Melakukan
pendataan terhadap keberadaan dukun bayi dengan mengoptimalkan petugas kesehatan dalam pendataan meliputi wawancara secara
snow ball (getak tular)
|
Terdapatnya
data persebaran dukun bayi yang masih aktif melayani pertolongan persalinan.
|
Masyarakat
sekitar
|
Lingkungan
masyarakat
|
Petugas
kesehatan
|
Minggu
Jam
09.00 WIB
|
Terdapatnya
data pengelola pembinaan dukun bayi
|
—-
The casino is down, but it's still a great place to play!
BalasHapusCasino Hotel Kansas City Review. This is not a casino 통영 출장샵 in Kansas. the casino is still a great place to play! 시흥 출장마사지 This is not a casino 보령 출장마사지 in Kansas. The casino is still a great place to play! The casino is 속초 출장안마 still a great place to 동두천 출장안마 play!