Sabtu, 19 Oktober 2013

SIKLUS PDCA









BAB I
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang
Tenaga kesehatan ini dalam pembangunannya bertujuan untuk memberikan layanan kesehatan yang bermutu sebagai suatu layanan kesehatan yang dapat memenuhi kebutuhan yang dirasakan dan diselenggarakan dengan cara yang baik, tepat waktu tanggap serta mampu memberikan pelayanan kesehatan yang aman.
            Di dalam tenaga kesehatan memberikan pelayanan serta fasilitas-fasilitas yang ada didalamnya seperti ketersediaan peralatan, prosedur kerja atau protokol layanan pendukung lainnya yang semoga saja menjadi suatu yang efektif serta efisien untuk menyelenggarakan layanan kesehatan yang bermutu tinggi.
            Dalam sistem tenaga kesehatan ini tidak luput merupakan tugas untuk bagaimana membangun dengan indikator Mutu pelayanan Kebidanan maka.Kami membuat suatu perencanaan di dalamnya penilaian Mutu Pelayanan Kebidanan Berdasarkan Daftar Tilik, salah satunya kami menggunakan sistem PDCA (Plan, Do, Check, Action) yaitu Rencanakan, Kerjakan, Cek, Tindak lanjuti.

1.2  Rumusan Masalah
            1.Bagaimana konsep dasar PDCA?
2 Bagaimana konsep dasar kemitraan bidan-dukun?
3.Bagaimana penerapan program pembinaan dukun terlatih dengan pendekatan PDCA?

1.3  Tujuan
            1.Diketahuinya Konsep Dasar PDCA.
            2.Diketahuinya Konsep Dasar Kemitraan Bidan-Dukun.
3Diketahuinya Penerapan program pembinaan dukun terlatih dengan pendekatan PDCA.




BAB 2
PEMBAHASAN

2.1  Konsep Dasar PDCA
            Konsep siklus PDCA pertama kali diperkenalkan oleh Walter Shewhart pada tahun 1930 yang disebut dengan “Shewhart cycle“. PDCA, singkatan bahasa Inggris dari "Plan, Do, Check, Act" ("Rencanakan, Kerjakan, Cek, Tindak lanjuti"), adalah suatu proses pemecahan masalah empat langkah interatif yang umum digunakan dalam pengendalian kualitas. Selanjutnya konsep ini dikembangkan oleh Dr. Walter Edwards Deming yang kemudian dikenal dengan ” The Deming Wheel”(Tjitro, 2009)
          Metode ini dipopulerkan oleh W. Edwards Deming, yang sering dianggap sebagai bapak pengendalian kualitas modern sehingga sering juga disebut dengan siklus Deming. Deming sendiri selalu merujuk metode ini sebagai siklus Shewhart, dari nama Walter A. Shewhart, yang sering dianggap sebagai bapak pengendalian kualitas statistis. Siklus PDCA berguna sebagai pola kerja dalam perbaikan suatu proses atau system sehingga mutu pelayanan kesehatan.
          PDCA merupakan rangkaian kegiatan yang terdiri dari perencanaan kerja, pelaksanaan kerja, pengawasan kerja dan perbaikan kerja yang dilakukan terus menerus dan berkesinambungan mutu pelayanan. Siklus PDCA digunakan dalam pelayanan kesehatan untuk penyelesaian masalah dalam rangka peningkatan mutu pelayanan kesehatan. Secara sederhana siklus PDCA dapat digambarkan sebagai berikut :

          Siklus PDCA terdiri dari empat tahapan, yaitu:
   1. Perencanaan ( Plan )
          Tahapan pertama adalah membuat suatu perencanaan. Perencanaan merupakan suatu upaya menjabarkan cara penyelesaian masalah yang ditetapkan ke dalam unsur-unsur rencana yang lengkap serta saling terkait dan terpadu sehingga dapat dipakaisebagai pedoman dalam melaksanaan cara penyelesaian masalah. Hasil akhir yang dicapai dari perencanaan adalah tersusunnya rencana kerja penyelesaian masalah mutu yang akan diselenggarakan.
Rencana kerja penyelesaian masalah mutu yang baik mengandung setidak-tidaknya tujuh unsur rencana yaitu:
a         Judul rencana kerja (topic),
b        Pernyataan tentang macam dan besarnya masalah mutu yang dihadapi (problem   statement),
c         Rumusan tujuan umum dan tujuan khusus, lengkap dengan target yang ingin dicapai (goal, objective, and target),
d        Kegiatan yang akan dilakukan (activities),
e         Organisasi dan susunan personalia pelaksana (organization and personnels)
f         Biaya yang diperlukan (budget)
g        Tolak ukur keberhasilan yang dipergunakan (milestone).

     2. Pelaksanaan ( Do )
            Tahapan kedua yang dilakukan ialah melaksanakan rencana yang telah disusun.  Pada tahap ini diperlukan suatu kerjasama dari para anggota dan pimpinan manajerial. Untuk dapat mencapai kerjasama yang baik, diperlukan keterampilan pokok manajerial, yaitu :
a         Keterampilan komunikasi (communication) untuk menimbulkan pengertian staf terhadap cara pentelesaian mutu yang akan dilaksanakan
b        Keterampilan motivasi (motivation) untuk mendorong staf bersedia menyelesaikan cara penyelesaian masalah mutu yang telah direncanakan
c         Keterampilan kepemimpinan (leadershif) untuk mengkordinasikan kegiatan cara penyelesaian masalah mutu yang dilaksanakan
d        Keterampilan pengarahan (directing) untuk mengarahkan kegiatan yang dilaksanakan.

      3. Pemeriksaan ( Check )
          Tahapan ketiga yang dilakukan ialah secara berkala memeriksa kemajuan dan hasil yang dicapai dan pelaksanaan rencana yang telah ditetapkan. Tujuan dari pemeriksaan untuk mengetahui :
a         Sampai seberapa jauh pelaksanaan cara penyelesaian masalahnya telah sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan
b        Bagian mana kegiatan yang berjalan baik dan bagian mana yang belum berjalan dengan baik
c         Apakah sumberdaya yang dibutuhkan masih cukup tersedia
d        Apakah cara penyelesaian masalah yang sedang dilakukan memerlukan perbaikan
          Untuk dapat memeriksa pelaksanaan cara penyelesaian masalah, ada dua alat bantu yang sering dipergunakan yakni:
a         Lembaran pemeriksaan (check list)
Lembar pemeriksaan adalah suatu formulir yang digunakan untuk mencatat secara periodik setiap penyimpangan yang terjadi. Langkah pembuatan lembar pemeriksan adalah:
·         Tetapkan jenis penyimpangan yang diamati
·         Tetapkan jangka waktu pengamatan
·         Lakukan perhitungan penyimpangan

b        Peta kontrol (control diagram)
Peta kontrol adalahsuatu peta / grafik yang mengambarkan besarnya penyimpangan yang terjadi dalam kurun waktu tertentu. Peta kontrok dibuat bedasarkan lembar pemeriksaan. Langkah-langkah yang dilakukan dalam pembuatan peta kontrol adalah :
·         Tetapkan garis penyimpangan minimum dan maksimum
·         Tentukan prosentase penyimpangan
·         Buat grafik penyimpangan
·         Nilai grafik

    4.  Perbaikan (Action)
Tahapan keempat yang dilakukan adalah melaksanaan perbaikan rencana kerja. Lakukanlah penyempurnaan rencana kerja atau bila perlu mempertimbangkan pemilihan dengan cara penyelesaian masalah lain. Untuk selanjutnya rencana kerja yang telah diperbaiki tersebut dilaksanakan kembali. Jangan lupa untuk memantau kemajuan serta hasil yang dicapai. Untuk kemudian tergantung dari kemajuan serta hasil tersebut, laksanakan tindakan yang sesuai.
Cara melakukan penilaian mutu pelayanan kebidanan
1.      Lihat daftar tilik
daftar tilik adalah suatu instrumen yang digunakan untuk mengukur sampai seberapa jauh pelayanan sesuai atau tidak sesuai dengan standar yang ditetapkan. Berisi daftar kelengkapan sarana, pra sarana, pengetahuan, kompetensi teknis, persepsi klien, dsb.

2.      Lihat sasaran penilaian
a         Observasi : mengamati pada saat pelayanan
Observasi: suatu penyelidikan yg dijalankan secara sistematis & sengaja diadakan dgn menggunakan alat indra terutama mata terhadap kejadian-kejadian yg langsung (Bimo Walgito, 1987:54)
ü  dilakukan sesuai dgn tujuan yg telah dirumuskan lebih dulu.
ü  direncanakan secara sistematis.
ü  hasilnya dicatat & diolah sesuai dgn tujuannya.
ü  dpt diperiksa validitas, reliabilitas & ketelitiannya
ü  bersifat kwantitatif.

b        Wawancara : dengan diskusi, tanya jawab, cek pemahaman
Kartono (1980: 171) interview (wawancara) : suatu percakapan yg diarahkan pd suatu masalah ttt; ini merupakan proses tanya jawab lisan, dimana 2 orang atau lebih berhadap-hadapan secara fisik.
Dlm proses interview terdapat 2 pihak dgn kedudukan yg berbeda. pertama berfungsi sebagai penanya, disebut pula sebagai interviewer, lainnya berfungsi sebagai pemberi informasi (Information supplyer), interviewer atau informan.
Interviewer mengajukan pertanyaan-pertanyaan, meminta keterangan (penjelasan), sambil menilai jawaban-jawabannya. Sekaligus ia mengadakan paraphrase (menyatakan kembali isi jawaban interviewee dgn kata-kata lain), mengingat-ingat & mencatat jawaban-jawaban. Disamping itu dia juga menggali keterangan-keterangan lebih lanjut & berusaha melakukan “probing” (rangsangan, dorongan) .

c         Dokumen : sebuah tulisan yg memuat informasi. Biasanya, dokumen ditulis di kertas & informasinya ditulis memakai tinta baik memakai tangan atau memakai media elektronik. melihat kelengkapan dokumen rekam medik, register, buku catatan.




2.2  Konsep Dasar Kemitraan Bidan – Dukun

Kemitraan bidan dengan dukun adalah  suatu bentuk  kerjasama bidan dengan dukun yang saling menguntungkan dengan prinsip keterbukaaan, kesetaraan, dan kepercayaan dalam upaya untuk menyelamatkan ibu  dan bayi, dengan menempatkan bidan sebagai penolong persalinan dan mengalih fungsikan dukun dari penolong persalinan menjadi  mitra dalam merawat ibu dan bayi pada masa nifas, dengan berdasarkan kesepakatan yang telah dibuat antara bidan dengan dukun, serta melibatkan seluruh unsur/elemen masyarakat yang ada.
Keberhasilan dari kegiatan kemitraan Bidan – Dukun adalah ditandai dengan adanya kesepakatan antara Bidan dan dukun dimana dukun akan selalu merujuk setiap ibu hamil dan bersalin yang datang. serta akan membantu bidan dalam merawat ibu setelah bersalin dan bayinya. Sementara Bidan sepakat untuk memberikan sebagian penghasilan dari menolong persalinan yang dirujuk oleh dukun kepada dukun yang merujuk dengan besar yang bervariasi. Kesepakatan tersebut dituangkan dalam peraturan tertulis disaksikan oleh pempinan daerah setempat (Kepala Desa, Camat).

Menurut Robert Davies, adalah suatu kerjasama formal antara individu-individu, kelompok-kelompok atau organisasi untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Dalam kerjasama tersebut ada kesepakatan tentang komitmen dan harapan masing- masing tentang peninjauan kembali terhadap kesepakatan-kesepakatan yang telah dibuat, dan saling berbagi, baik dalam resiko maupun keuntungan yang diperoleh. (Notoatmodjo, 2003:105). Dari batasan ini ada tiga kata kunci dalam kemitraan yakni: a) kerjasama antara kelompok, organisasi, dan individu 2) bersama- sama mencapai tujuan tertentu (sesuai kesepakatan) 3) saling menanggung resiko dan keuntungan. Membangun sebuah kemitraan, harus didasarkan pada hal-hal berikut: 1) kesamaan perhatian (common interest) atau kepentingan 2) saling mempercayai dan saling menghormati, 3) tujuan yang jelas dan terukur 4) kesediaan untuk berkorban baik waktu, tenaga, maupun sumber daya lain.




2.3  Penerapan pendekatan PDCA pada pelaksanaan pembinaan dukun terlatih
2.3.1 P (Planning/Rencana)
1.      Judul
Program Kemitraan dukun-bayi (pembinaan dukun)

2.      Rumusan Pernyataan/ uraian masalah
AKI dan AKB di Indonesia masih tinggi dibandingkan dengan negara ASEAN lainnya. Menurut data Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) 2007, AKI di Indonesia adalah 228 per 100.000 kelahiran hidup, AKB 34 per 1.000Menurut data Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI), AKI di Indonesia masih tinggi jika dibandingkan dengan negara ASEAN lainnya, yaitu sebesar 228 per 100.000 kelahiran hidup.
Di Kabupaten Permai persalinan dukun sebesar 75% sampai 80% terutama di daerah pedesaan. Pertolongan persalinan oleh dukun menimbulkan berbagai masalah dan penyebab utama tingginya angka kematian dan kesakitan ibu dan perinatal. Keberhasilan dari kegiatan kemitraan Bidan – Dukun adalah ditandai dengan adanya kesepakatan antara Bidan dan dukun dimana dukun akan selalu merujuk setiap ibu hamil dan bersalin yang datang. serta akan membantu bidan dalam merawat ibu setelah bersalin dan bayinya. Sementara Bidan sepakat untuk memberikan sebagian penghasilan dari menolong persalinan yang dirujuk oleh dukun kepada dukun yang merujuk dengan besar yang bervariasi.
Tenaga dukun bayi sejak dahulu kala sampai sekarang merupakan pemegang peranan penting dalam pelayanan kebidanan. Dalam lingkungan dukun bayi merupakan tenaga terpercaya dalam segala soal yang terkait dengan reproduksi wanita. Ia selalu membantu pada masa kehamilan, mendampingi wanita saat bersalin, sampai persalinan selesai dan mengurus ibu dan bayinya dalam masa nifas.
Dukun bayi biasanya seorang wanita sudah berumur ± 40 tahun ke atas. Pekerjaan ini turun temurun dalam keluarga atau karena ia merasa mendapat pangglan tugas ini. Pengetahuan tentang fisiologis dan patologis dalam kehamilan, persalinan, serta nifas sangat terbatas oleh karena itu apabila timbul komplikasi ia tidak mampu untuk mengatasinya, bahkan tidak menyadari akibatnya, dukun tersebut menolong hanya berdasarkan pengalaman dan kurang professional. Berbagai kasus sering menimpa seoarang ibu atau bayinya seperti kecacatan bayi sampai pada kematian ibu dan anak.
Dalam usaha meningkatkan pelayanan kebidanan dan kesehatan anak maka tenaga kesehatan seperti bidan mengajak dukun untuk melakukan pelatihan dengan harapan dapat meningkatkan kemampuan dalam menolong persalinan, selain itu dapat juga mengenal tanda-tanda bahaya dalam kehamilan dan persalinan dan segera minta pertolongan pada bidan. Dukun bayi yang ada harus ditingkatkan kemampuannya, tetapi kita tidak dapat bekerjasama dengan dukun bayi dalam mengurangi angka kematian dan angka kesakitan
Program Kemitraan Bidan Dukun merupakan salah satu program untuk meningkatkan cakupan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan. Kemitraan Bidan dan Dukun adalah suatu bentuk kerjasama antara bidan dan dukun yang saling menguntungkan dengan prinsip keterbukaan, kesetaraan dan kepercayaan dalam upaya untuk menyelamatkan ibu dan bayi, dengan menempatkan bidan sebagai penolong persalinan dan mengalihfungsikan dukun dari penolong persalinan menjadi mitra dalam merawat ibu dan bayi pada masa nifas, dengan berdasarkan kesepakatan yang telah dibuat antara bidan dan dukun serta melibatkan seluruh elemen masyarakat yang ada.
Mengingat peran dukun di masyarakat sangat penting dan cukup dipercaya oleh masyarakat, maka perlu dijalin kerjasama yang baik antara dukun dengan tenaga kesehatan, khususnya bidan desa sehingga dapat membantu kelancaran tugas seharihari dari bidan dan sekaligus membantu untuk merencanakan tugas-tugas lainnya yang menjadi tanggung jawab bidan.
Upaya meminimalisasi dan menurunkan tingkat kematian ibu hamil, bayi dan balita maka semua persalinan ditangani oleh dukun bayi harus beralih ditangani oleh bidan. Kecuali hal-hal yang berhubungan dengan adat dan kebiasaan setempat dengan menjalin hubungan antara dukun dan bidan, tetapi kemitraan yang berjalan sekarang ini masih dalam dukun dan bidan, tetapi kemitraan yang berjalan sekarang ii masih dalam batas pemaknaan transfer ilmu pengetahuan, masih dalam bentuk pembinaan cara-cara persalinan yang higienis kepada dukun bayi.
Berarti belum ada dalam bentuk  kesepakatan uraian tugas dan fungsi masing-masing, juga belum mengarah pada aih peran pertolongan persalinan secara optimal.
Puskesmas Harapan Raya Kec. Darmo Kab. permai merupakan Puskesmas yang terletak di dataran tinggi kabupaten Permai dimana Jumlah persalinan diwilayah Kerja Puskesmas Sapaya pada tahun 2011 yaitu sebanyak 332 persalinan, dimana Persalinan yang ditolong oleh Bidan sebanyak 70% dan dukun sebanyak 30% persalinan.

3.      Rumusan Tujuan
Tujuan supervisi / bimbingan dukun bayi :
a         Menjaga, menpertahankan, meningkatkan ketrampilan dukun bayi
b        Menjaga, mempertahankan dan meningkatkan cakupan hasil kegiatan dukun dalam merawat bumil, bulin dan bufas
c         Sebagai kesempatan pemasukan bahan habis pakai
d        Sebagai bahan asupan dalam penyusunan laporan kegiatan petugas puskesmas.

Untuk meningkatkan status dukun, maka di lakukan upaya pelatihan dan pembinaan dukun dengan tujuan :
a         Agar mereka memiliki pengetahuan dan ide baru yang dapat di sampaikan dan diterima oleh anggota masyarakat.
b        Memperbesar peran dukun bayi dalam program KB dan pendidikan kesehatan di berbagai aspek kesehatan reproduksi dan kesehatan anak.
c         Untuk memperbaiki kegiatan – kegiatan yang sebenarnya sudah dilakukan oleh dukun, seperti memberikan, saran tentang kehamilan, melakukan persalinan bersih dan aman, serta mengatasi masalah yang mungkin muncul pada saat persalinan, sehingga angka kematian ibu dan bayi dapat dikurangi atau di cegah sedini mungkin.
                                                                        (Rita Yulifah, Tri Johan Agus Y. 2009 :133)
ü Kelebihan dan Kekurangan persalinan yang ditolong oleh dukun antara lain:
1.   Kelebihan
·         Dukun merawat ibu dan bayinya sampai tali pusatnya putus
·         Kontak ibu dan bayi lebih awal dan lama
·         Persalinan dilakukan di rumah
·         Biaya murah dan tidak ditentukan.
2.      Kekurangan
·         Dukun belum mengerti teknik septik dan anti-septik dalam menolong persalinan.
·         Dukun tidak mengenal keadaan patologis dan kehamilan, persainan, nifas dan bayi baru lahir.
·         Pengetahuan dukun rendah sehingga sukar ditatar dan di ikutsertakan dalam program pemerintah.
3.      Uraian Kegiatan
·         Melakukan pendekatan dengan para tokoh masyarakat setempat.
·         Melakukan pendekatan dengan para dukun.
·         Memberikan pengetahuan kepada para dukun tentang pentingnya persalinan yang bersih dan aman.
·         Memberi pengetahuan kepada para dukun tentang komplikasi – komplikasi kehamilan dan bahaya proses persalinan.
·         Membina kemitraan denga dukun dengan memegang asas saling menguntungkan.
·         Menganjurkan dan mengajak dukun merujuk kasus – kasus risiko tinggi kehamilan kepada tenaga kesehatan.

Pembinaan dukun di lakukan dengan memperhatikan kondisi, adat, dan peraturan dari masing – masing daerah atau dukun berasal, karena tidaklah mudah mengajak seorang dukun untuk mengikuti pembinaan. Beberapa langkah yang dapat di lakukan bidan dalam pembinaan dukun adalah sebagai berikut :
1.  Meminta bantuan pamong desa untuk memotivasi dukun bayi agar bersedia mengikuti pelatihan – pelatihan dukun yang di selenggarakan.
2.    Mengajak dukun bayi yang sudah di latih untuk ikut serta memberikan penyuluhan dan membantu melakukan deteksi dini ibu risiko tinggi di posyandu maupun pada kegiatan – kegiatan yang ada di masyarakat.

4.      Metode/Kriteria Penilaian
Metode penyuluhan yaitu
·         Ceramah
·         tanya jawab
·         praktek dengan alat peraga.

Materi Pembinaan Dukun
1.     Promosi Bidan Siaga
2.     Pengenalan Tanda Bahaya Kehamilan, Persalinan, Nifas dan Rujukan
Berikut adalah materi – materi dalam pelaksanaan pembinaan dukun :
a.       Pengenalan golongan risiko tinggi
b.      Pengenalan tanda – tanda bahaya pada kehamilan
c.       Pengenalan tanda – tanda bahaya pada persalinan
d.      Pengenalan tanda – tanda kelainan pada nifas
3.     Pengenalan Dini Tetanus Neonatorum, BBLR, dan Rujukan
a.       Tetanus Neonatorum
b.      Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR)
c.       Penyuluhan Gizi dan KB
d.      Pencatatan Kelahiran dan Kematian Ibu dan Bayi

5.      Waktu
a         Tempat pelasanaan pembinaan dukun bayi
ü  Perkumpulan dukun bayi dilaksankan di puskesmas.
ü  Penyuluhan dilaksanakan di Balai Desa

b        Waktu pelaksanaan pembinaan dukun bayi
ü  Saat kunjungan supervisi petugas puskesmas di posyandu di desa tempat tinggal dukun.
ü  Pertemuan rutin yang telah disepakat
ü  Waktu-waktu lain saat petugas bertemu dengan dukun bayi          
ü  Saat mendampingi dukun bayi waktu menolong persalinan
6.      Pelaksana
- Dokter
- Bidan
- Perawat kesehatan
- Petugas imunisasi
- Petugas gizi
Peserta : 15 orang dukun beranak
7.      Biaya
·         Narasumber                       @200.000
·         Konsumsi                          @15.000
·         Sarana dan prasarana        @500.000
·         Lain-lain                            @150.000

2.3.2      D (Do/Pelaksanaan)
1.      Melakukan pendekatan dengan para tokoh masyarakat setempat.
Pembinaan dukun di lakukan dengan memperhatikan kondisi, adat, dan peraturan dari masing – masing daerah atau dukun berasal, karena tidaklah mudah mengajak seorang dukun untuk mengikuti pembinaan. Beberapa langkah yang dapat di lakukan bidan dalam pembinaan dukun adalah sebagai berikut :
a.       Meminta bantuan pamong desa untuk memotivasi dukun bayi agar bersedia mengikuti pelatihan – pelatihan dukun yang di selenggarakan.
b.      Mengajak dukun bayi yang sudah di latih untuk ikut serta memberikan penyuluhan dan membantu melakukan deteksi dini ibu risiko tinggi di posyandu maupun pada kegiatan – kegiatan yang ada di masyarakat.
c.       Melakukan pendekatan dengan para dukun.
d.      Memberikan pengetahuan kepada para dukun tentang pentingnya persalinan yang bersih dan aman.
e.       Memberi pengetahuan kepada para dukun tentang komplikasi – komplikasi kehamilan dan bahaya proses persalinan.

2.      Pengenalan Tanda Bahaya Kehamilan, Persalinan, Nifas dan Rujukan
Berikut adalah materi – materi dalam pelaksanaan pembinaan dukun :
a         Pengenalan golongan risiko tinggi
Ibu yang termasuk dalam golongan risiko tinggi adalah :
ü  Umur terlalu muda (kurang dari 16 tahun) atau terlalu tua (lebih dari 35 tahun)
ü  Tinggi badan kurang dari 145 cm
ü  Jarak antar kehamilan terlalu dekat (kurang dari 2 tahun) atau terlalu lama (lebih dari 10 tahun)
ü  Hamil dengan anemia
ü  Ibu dengan riwayat persalinan buruk (perdarahan, operasi, dll)
b.   Pengenalan tanda – tanda bahaya pada kehamilan
Tanda bahaya pada kehamilan meliputi :
ü  Perdarahan pada kehamilan sebelum waktunya
ü  Ibu demam tinggi
ü  Bengkak pada kaki, tangan, dan wajah
ü  Sakit kepala atau kejang
ü  Keluar air ketuban sebelum waktunya
ü   Frekuensi gerakan bayi berkurang atau bayi tidak bergerak
ü   Ibu muntah terus dan tidak mau makan
c         Pengenalan tanda – tanda bahaya pada persalinan
Tanda bahaya pada persalinan yaitu :
ü  Bayi tidak lahir dalam 12 jam sejak ibu merasakan mulas
ü  Tali pusat atau tangan bayi keluar dari jalan lahir
ü  Ibu tidak kuat mengejan atau mengalami kejang
ü   Air ketuban keruh dan berbau
ü   Plasenta tidak keluar setelah bayi lahir
ü   Ibu gelisah atau mengalami kesakitan yang hebat
d.      Pengenalan tanda – tanda kelainan pada nifas
Tanda kelainan pada nifas meliputi :
ü  Perdarahan melalui jalan lahir
ü  Keluarnya cairan barbau dari jalan lahir
ü  Demam lebih dari dua hari
ü  Bengkak pada muka, kaki, dan tangan
ü  Sakit kepala dan kejang – kejang
ü  Payudara bengkak disertai rasa sakit
ü  Ibu mengalami gangguan jiwa
(Rita Yulifah, Tri Johan Agus Y. 2009 : 134)
3.      Pengenalan Dini Tetanus Neonatorum, BBLR, dan Rujukan
a         Tetanus Neonatorum
Tetanus Neonatorum adalah salah satu penyakit yang paling berisiko terhadap kematian bayi baru lahir yang di sebabkan oleh Clostridium tetani. Tetanus neonatorum menyerang bayi usia di bawah satu bulan, penyakit ini sangat menular dan menyebabkan risiko kematian. Kebanyakan terjadi karena penggunaan alat pemotong tali pusat yang tidak steril.
Dengan di berikan pembekalan materi tetanus neonatorum di harapkan dukun dapat memperhatikan kebersihan alat persalinan, memotivasi ibu untuk melakukan imunisasi, dan melakukan persalinan pada tenaga kesehatan, sehingga dapat menekan angka kejadian tetanus neonatorum.
b        Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR)
BBLR adalah bayi lahir dengan berat badan kurang dari 2,5 Kg, di sertai dengan tanda – tanda kulit keriput, pergerakan lemah, dan sianosis.  Dukun di harapkan dapat segera melakukan rujukan ke Puskesmas atau tenaga kesehatan apabila menemukan tanda – tanda bayi dengan berat badan lahir rendah, karena bayi dengan berat badan lahir rendah memerlukan perawatan khusus.
c         Penyuluhan Gizi dan KB
Dukun sebagai orang terdekat dengan ibu hamil di masyarakat berkontribusi terhadap suksesnya pelaksanaan program KB dan menjaga kesehatan ibu hamil, bersalin, dan nifas dengan makanan bergizi. Melalui penyuluhan gizi dan KB yang di lakukan oleh tenaga kesehatan kepada dukun, di harapkan dukun dapat menindaklanjuti dengan menyebarkan kepada masyarakat.
d.      Pencatatan Kelahiran dan Kematian Ibu dan Bayi
Materi lain yang penting dalam pembinaan dukun adalah pencatatan kelahiran dan kematian. Pemberian materi pencatatan kelahiran dan kematian di tujukan untuk mempermudah dalam pendataan jumlah kelahiran dan kematian di suatu wilayah atau desa, serta bermanfaat dalam pelaksanaan proses audit apabila ada kematian baik ibu maupun bayi.

4.      Membina kemitraan denga dukun dengan memegang asas saling menguntungkan.
Setiap dukun bayi yang membawa ibu bersalin ke bidan akan diberikan uang cuma-cuma sebesar Rp100 ribu melalui program Jampersal.

5.      Menganjurkan dan mengajak dukun merujuk kasus – kasus risiko tinggi kehamilan kepada tenaga kesehatan.

2.3.3     C (Check/Pemeriksaan)
Lembar pemeriksaan adalah suatu formulir yang digunakan untuk mencatat secara periodik setiap penyimpangan yang terjadi. Langkah pembuatan lembar pemeriksan adalah:
·         Menetapkan jenis penyimpangan yang diamati
·         Menetapkan jangka waktu pengamatan
·         Melakukan perhitungan penyimpangan
Mendata jumlah Dukun yang Hadir dalam pembinaan dukun beranak melalui absensi yang telah disediakan. Jumlah peserta sebnayak 15 orang dukun beranak.
Berdasarkan data yang diperoleh sebagai berikut:
a. Tabel
Bulan
Agustus 2013
September 2013
Minggu
I
II
III
IV
I
II
III
IV
Jumlah Peserta hadir
15
14
12
10
10
8
7
5
Jumlah Peserta Tidak hadir
0
1
3
5
5
7
8
10

b. Grafik


2.3.4     A (Action / Perbaikan )
Diketahuinya Hambatan dalam pelaksanaan Pembinaan dukun beranak.
a         Sebelum Pelaksanaan ( Pre)
1. Sikap Dukun yang Kurang Kooperatif
Faktor yang menyebabkan sikap dukun tidak kooperatif adalah adanya perasaan malu apabila di latih oleh bidan, dukun merasa tersaingi oleh bidan, dan dukun terlalu idealis dengan cara pertolongan persalinan yang di lakukan.
Solusi :
Informasikan dan tekankan kepada dukun bahwa pembinaan yang di lakukan bukan untuk melakukan perubahan metode atau kebiasaan yang di lakukan oleh dukun dalam melakukan pertolongan persalinan atau untuk bersaing. Akan tetapi, pembinaan yang di lakukan bertujuan untuk memberikan suatu pemahaman baru dalam pelayanan kebidanan. Bidan harus mengajak dukun untuk bekerja sama dengan cara memberikan imbalan sebagai ucapan terima kasih. Libatkan dukun dalam perawatan bayi baru lahir, misalnya memandikan bayi.
2.  Kultur yang Kuat
Sosial budaya mengenai dukun yang merupakan hambatan dalam upaya pembinaan dukun adalah sebagai berikut :
a.       Dukun bayi biasanya adalah orang yang di kenal masyarakat setempat.
b.      Kepercayaan masyarakat terhadap dukun di peroleh secara turun temurun.
c.       Dukun bayi masih memiliki peranan penting bagi perempuan di pedesaan.
d.      Biaya pertolongan persalinan dukun jauh lebih murah daripada tenaga kesehatan.
e.       Pelayanan dukun di lakukan sampai ibu selesai masa nifas.
f.       Masyarakat masih terbiasa dengan cara – cara tradisional.
Solusi :
Lakukan berbagai metode pendekatan dengan tokoh – tokoh masyarakat, misalnya pamong desa, para petua – petua desa, tokoh agama yang sangat berpengaruh pada pola pikir masyarakat dengan memberikan penjelasan pentingnya pembinaan dukun, sehingga tokoh – tokoh masyarakat dapat melakukan advokasi kepada masyarakat, dan dapat memperbaiki kebudayaan yang melekat pada diri masyarakat yang dapat merugikan kesehatan terutama kesehatan ibu dan bayi.
3. Sosial Ekonomi
Masyarakat dengan sosial ekonomi rendah atau miskin dengan pendidikan yang rendah cenderung mencari pertolongan persalinan pada dukun. Masyarakat yang demikian beranggapan bahwa dukun adalah seorang pahlawan, karena melahirkan di dukun lebih murah, dukun bersedia di bayar dengan barang, dan pembayarannya dapat di angsur.
Solusi :
Sosialisasikan atau apabila di butuhkan musyawarahkan dengan masyarakat tentang biaya persalinan di tenaga kesehatan (bidan). Bidan harus dapat bekerja sama dengan masyarakat mengenai persalinan, berdayakan masyarakat dalam upaya meningkatkan kesehatan ibu dan bayi dengan pertolongan persalinan di tenaga kesehatan. Bidan dapat bekerja sama dengan masyarakat untuk melakukan pemetaan ibu hamil, membentuk tabungan ibu bersalin (Tabulin), donor darah berjalan, dan ambulans desa.



4.    Tingkat pendidikan
Kebanyakan di masyarakat, dukun adalah orang tua yang harus di hormati dan mempunyai latar belakang pendidikan rendah. Oleh karena dukun memliki latar belakang pendidikan rendah, sehingga tidak jarang dukun sulit untuk menerima pemahaman dan pengetahuan baru.
Solusi :
Bidan harus memiliki ketrampilan komunikasi interpersonal dan memahami tradisi setempat untuk melakukan pendekatan dan pembinaan ke dukun – dukun. Lakukan pendekatan sesuai dengan tingkat pendidikan dukun, sehingga mereka dapat memahami dan menerima pengetahuan serta pemahaman baru khususnya mengenai kahamilan, persalinan, nifas, dan bayi baru lahir.


b     Evaluasi setelah tindakan ( post)
Identifikasi masalah
Proses identifikasi masalah dilakukan dengan cara :
  1. Wawancara dengan unit masayarakat
  2. Wawancara dan observasi dengan dukun bayi

Beberapa masalah yang berhasil diidentifikasi dari bagian Kesling di Puskesmas Harapan Raya, yaitu :
Tabel 3.1  Masalah yang ditemukan pada kegiatan peningkatan Pembinaan dukun bayi di desa permai
No
Aspek yang dinilai
Masalah
Evidance base
Metode Identifikasi
Masalah
1
Program pembinaan dukun beranak oleh tenaga kesehatan
Pelaksanaan tidak mencakup kepada kader unit masyarakat yang berperan dalam memotivasi dukun
Pemeriksaan hanya pada lingkup desa saja
Wawancara dan data sekunder
2
Tidak tersosialisasinya prosedur Penyuluhan yang efektif dan efisien
Tidak tersosialisasinya/ kurangnya penyuluhan tentang kesehatan (persalinan yang aman) secara efektif dan efisien
Kurangnya penyuluhan tentang kesehatan (Persalinan yang aman) secara efektif dan efisien
wawancara
3
Pengetahuan dukun tentang pentingnya persalinan yang aman dan sesuai standar
Kurangnya pengetahuan untuk melakukan tindakan persalinan yang aman dan sesuai standar
Tidak mendapatkan informasi yang aktual dari petugas kesehatan dan media informasi
wawancara



Dari masalah-masalah yang tersebut diplih prioritas masalah yang ditentukan berdasarkan kriteria sebagai beikut :
1.      Urgensi
·         Nilai 1 tidak penting
·         Nilai 2 penting
·         Nilai 3 sangat penting
2.      Solusi
·         Nilai 1 tidak mudah
·         Nilai 2 mudah
·         Nilai 3 sangat mudah

3.      Kemampuan merubah
·         Nilai 1 tidak mudah
·         Nilai 2 mudah
·         Nilai 3 sangat mudah
4.      Biaya
·         Nilai 1 tinggi
·         Nilai 2 sedang
·         Nilai 3 rendah



Penentuan prioritas masalah
Penetuan prioritas masalah dibuat kedalam tabel penentuan prioritas masalah sebagai berikut :

Tabel 3.2 Penentuan prioritas masalah pada Pelaksanaan pembinaan dukun bayi.
Kriteria Masalah
Urgensi
Solusi
Kemampuan untuk merubah
Biaya
Total
Rank
Program Pembinaan dukun oleh tenaga kesehatan
2
2
3
2
24
I
Tidak tersosialisasinya prosedur pembinaan dukun
2
1
2
2
8
II
Pengetahuan dukun mengenai persalinan yang aman dan sesuai standar
3
1
1
2
6
III
ü  Dari ketiga masalah tersebut, didapatkan 1 prioritas masalah yang ditentukan berdasarkan pembobotan nilai dengan seleksi yang terdiri dari dua unsur yaitu kriteria masalah dan skor.
ü  Berdasarkan tabel penentuan prioritas masalah dapat disimpulkan bahwa yang menjadi priorotas masalah dan selanjutnya akan dicari altenatif pemecahan masalah yaitu kurangnya pembinaan dukun oleh tenaga kesehatan.

Identifikasi penyebab masalah
Berdasarkan tabel penentuan prioritas masalah di atas, di dapatkan prioritas masalah utama pada kegiatan ini adalah upaya peningkatan pembinaan dukun bayi di Desa Permai. Beberapa hal yang menjadi penyebab masalah tersebut antara lain terlihat dari bebrbagai aspek dibawah ini :

Tabel 3.3 Identifikasi Penyebab Masalah
No
Masalah
Penyebab Timbulnya Masalah
Evidence Base
1
Pembinaan dukun bayi oleh tenaga kesehatan
ü  Manusia 
Kurangnya dukun yang ikut serta dalam pembinaan.
Kurangnya kesadaran dukun akan pentingnya persalinan yang aman bagi ibu dan bayi tanpa komplikasi yang menyertai.

ü  Metode
Kurangnya promosi atau penyuluhan terhadap dukun bayi
Tidak adanya program pembinaan terhadap dukun bayi
Kurangnya kerjasama lintas sektoral dengan kader dan tokoh masyarakat untuk melibatkan dukun dalam pebinaan dukun terlatih.
 
ü  Dana
Kurangnya dana yang di alokasikan khusus terhadap kegiatan pembinaan dukun terlatih.


ü  Material
Tidak adanya data yang akurat mengenai jumlah persalinan yang di tolong oleh dukun
ü  Berdasarkan wawancara, petugas Kesehatan dilapangan ada sekitar 5  orang Berdasarkan wawancara, karena keterbatasan petugas dan luasnya wilayah kerja.
ü  Berdasarkan wawancara-
 pemeriksaan hanya kepada dukun yang aktif melayani persalinan.


ü  Berdasarkan wawancara, belum adanya koordinasi dengan pihak terkait
Berdasarkan wawancara, tidak adanya dana khusus
ü  Berdasarkan wawancara, belum dilakukannya pendataan


Alternatif Pemecahan Masalah
Setelah dilkukan analisis penyebab masalah maka langkah selanjutnya yaitu pencarian mencari alternative pemecahan masalah dan memberikan solusi yang terbaik. Solusi yang diberikan diharapkan dapat menurunkan angka kesakitan dan kematian ibu dan bayi melalui peningkatan kegiatan pembinaan terhadap dukun bayi yang belum terlatih dilakukan oleh bidang kebidanan Puskesmas Harapan Raya. Adapun solusi tersebut antara lain :

Table 3.4 Alternatif Pemecahan Masalah
No
Penyebab Masalah
Altenatif Pemecahan Masalah
Tujuan
Sasaran
Tempat
Pelaksana Kegiatan
Waktu
Kriteria Keberhasilan
1
Kurangnya dukun yang ikut serta
Optimalisasi petugas kesehatan dengan
SDM yang ada dalam
melaksanakan pembinaan dukun
seperti instansi
wewenang,penyedia fasilitas,kader,tokoh masyarakat,tokoh agama dll.
Pembinaan dukun dapat
opimal
Dukun bayi yang masih aktif
memberikan pelayanan persalinan.
balai kelurahan
Petugas kesehatan (Bidan)
Minggujam 09.00WIB
Peningkatan kehadiran dukun untuk mengikuti pembinaan dukun terlatih
No
Penyebab Masalah
Altenatif Pemecahan Masalah
Tujuan
Sasaran
Tempat
Pelaksana Kegiatan
Waktu
Kriteria Keberhasilan
2
Kurangnya kesadaran dukun mengenai persalinan yang aman
Memberikan penyuluhan tentang persalinan yang aman sesuai standard dan prosedur
Angka toleransi kesakitan dan Kematian ibu dan bayi
menurun
Dukun bayi yang masih aktif
memberikan pelayanan persalinan
Balai kelurahan
Petugas Kesehatan
Minggu jam 09.00 wib
Dukun dapat mengakses informasi yang lebih berkualitas
3
Kurangnya penyuluhan kesehatan pada unit masyarakat
Membuat jadwal yang efektif untuk kegiatan promosi di lingkungan masyarakat. Kegiatan penyuluhan dilakukan oleh petugas
kesehatan dan
asosiasi bersama kader di masyarakat terhadap pentingnya pendidikan kesehatan
Terlaksana kegiatan promkes hingga ke unit terkecil masyarakat.
Unit terkecil
masyarakat

Balai kelurahan
Petugas Kesehatan

Dukun dan masyarakat mendapatkan informasi terbaru tentang pentingnya kesehatan khususnya pada persalianan  yang aman.
No
Penyebab Masalah
Altenatif Pemecahan Masalah
Tujuan
Sasaran
Tempat
Pelaksana Kegiatan
Waktu
Kriteria Keberhasilan
5
Tidak adanya program pembinaan terhadap dukun bayi
Membuat jadwal dan pelaksanaan pembinaan dukun terlatih.
dukun  memiliki pengetahuan tentang cara menolong persalinan yang aman
Dukun bayi yang masih aktif memberikan pelayanan persalinan
Balai kelurahan
Petugas Kesehatan
Minggu
Jam 09.00 WIB
Dukun secara berkala mendapatkan informasi terbaru dalam pertolongan persalinan yang aman
No
Penyebab Masalah
Altenatif Pemecahan Masalah
Tujuan
Sasaran
Tempat
Pelaksana Kegiatan
Waktu
Kriteria Keberhasilan
6
Kurangnya kerjasama lintas sektoral
Koordinasi dengan pihak kelurahan dan tokoh masyarakat untuk kerjasama dalam pelaksanaan pembinaan dukun terlatih
Terciptanya koordinasi dengan pihak terkait dalam usaha pembinaan dukun terlatih
Perangkat kelurahan,kader,tokoh agama,tokoh masyarakat, dll.
Lingkungan masyarakat
Kepala kelurahan dan perangkatmya,kader,tokoh agama,tokoh masyarakat
Minggu
Jam 09.00 WIB
Dapat diawasinya pembinaan dukun bayi
7
Kurangnya dana yang di alokasikan
Optimalisasi dana yang tersedia, dengan mengajukan dana tambahan operasional ke pihak
pemerintahan
Pencapaian target program
Dinas Keseha-tan Kota
Petugas kesehatan
Kepala Puskes-mas

Terlaksananya program pengawasan terhadap pembinaan dukun bayi
No
Penyebab Masalah
Altenatif Pemecahan Masalah
Tujuan
Sasaran
Tempat
Pelaksana Kegiatan
Waktu
Kriteria Keberhasilan
8
Tidak adanya data yang akurat mengenai jumlah persebaran dukun bayi
Melakukan pendataan terhadap keberadaan dukun bayi dengan mengoptimalkan petugas kesehatan  dalam pendataan meliputi wawancara secara snow ball (getak tular)
Terdapatnya data persebaran dukun bayi yang masih aktif melayani pertolongan persalinan.
Masyarakat sekitar
Lingkungan masyarakat
Petugas kesehatan
Minggu
Jam 09.00 WIB
Terdapatnya data pengelola pembinaan dukun bayi
—-


1 komentar:

  1. The casino is down, but it's still a great place to play!
    Casino Hotel Kansas City Review. This is not a casino 통영 출장샵 in Kansas. the casino is still a great place to play! 시흥 출장마사지 This is not a casino 보령 출장마사지 in Kansas. The casino is still a great place to play! The casino is 속초 출장안마 still a great place to 동두천 출장안마 play!

    BalasHapus